CSE

Loading

Sabtu, 11 Januari 2014

Sudden Infant Death Syndrome (SIDS)

Bayi meninggal mendadak saat tidur atau Sudden Infant Death Syndrome (SIDS) hingga kini penyebabnya masih menjadi misteri. SIDS biasa terjadi pada bayi 0-1 tahun. Namun, belakangan angka kejadian paling tinggi ditemukan pada bayi usia 2-4 bulan. Menurut beberapa penelitian, banyak dugaan yang muncul penyebab SIDS, berikut diantaranya:


  • Tidur tengkurap, memiliki persentase terbesar penyebab bayi berusia kurang dari 12 bulan meninggal mendadak. Menurut penelitian, bayi yang mengalami SIDS akibat tidur tengkurap ini umumnya adalah bayi berusia kurang dari 6 bulan,  karena sistem pernapasannya belum matang atau bekerja dengan sempurna. Bila bayi ditidurkan dalam posisi tengkurap, akibatnya bayi akan alami sesak napas. Sebaiknya pilih posisi tidur bayi sesuai dengan kondisi bayi. 
  • Tidak disendawakan. Berdasarkan hasil riset ketika bayi gumoh, cairan gumoh bisa masuk ke dalam saluran napas, sehingga bayi kesulitan bernapas. Para dokter menganjurkan orangtua untuk menyendawakan bayi setelah diberi ASI, atau disendawakan ditengah proses pemberian ASI. Bersendawa membuat udara yang tertelan oleh bayi ketika menyusui ke luar dari perutnya.
  • Menyusui sambil tidur. Tahukah Anda posisi menyusui sambil tiduran kerap menyebabkan ASI tidak masuk ke dalam saluran pencernaan, melainkan masuk ke saluran pernapasan? Keadaan ini akan menyebabkan bayi gumoh, dan cairan gumoh bisa menyebabkan bayi kesulitan bernapas, bila masuk ke dalam saluran pernapasan. Selain itu kebiasaan menyusui sambil tiduran, membuat ibu tertidur saat menyusui. Lalu tanpa disadari tubuhnya jatuh menimpa bayi, sehingga bayi mengalami kesulitan bernapas sampai akhirnya meninggal.
  • Asap rokok. Bayi yang memiliki orangtua perokok, terbukti memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami SIDS, dibandingkan bayi yang orangtuanya bukan perokok. Bayi dengan orangtua perokok akan menghisap Karbondioksida (CO2). Banyaknya volume Karbondioksida yang dihisap oleh bayi perokok pasif ini menjadi faktor penyebab meningkatnya gangguan pada sistem pernapasan, yang menyebabkan bayi meninggal mendadak.
  • Kadar Neurotransmitter Serotonin rendah. Bayi meninggal akibat SIDS ternyata memiliki kadar Neurotransmitter Serotonin rendah (Normal=101-283 nanogram/milliliter) pada bagian batang otak, medula oblongata. Medula oblongata berfungsi untuk mengontrol pernapasan, suhu tubuh, tekanan darah, dan detak jantung. Keadaan ini terjadi karena faktor genetik, sehingga tidak ada upaya yang dapat dilakukan untuk mencegahnya.
  • Bayi lahir prematur atau BBLR. Bayi yang lahir prematur atau bayi yang lahir cukup bulan tetapi bayi lahir dengan berat badan rendah (BBLR) berisiko 50% lebih besar mengalami SIDS. Tingginya risiko bayi prematur mengalami SIDS karena seluruh sistem organ tubuhnya -terutama paru-parunya- belum mencapai tahap pematangan yang cukup, sehingga belum siap berfungsi menopang kehidupan di luar rahim ibu. Bayi dengan kondisi seperti ini sangat disarankan untuk melakukan pemeriksaan secara teratur ke dokter anak untuk memantau perkembangan fungsi organ-organnya.
Sebanyak 60% bayi laki-laki berisiko lebih besar mengalami SIDS dibandingkan bayi perempuan. Penyebabnya adalah pematangan bagian otak yang mengatur kemampuan bayi laki-laki untuk tidur lebih lambat dibandingkan bayi perempuan.

           Adapun pencegahan yang dapat kita lakukan antara lain :

Ruang dan tempat tidur bayi.
  • Pastikan ruangan punya sirkulasi udara yang baik. Hindari suhu udara yang terlalu pengap, asap rokok maupun asap mobil, maka hindari kamar bayi terletak dekat dengan garasi mobil.
  • Tidurkan bayi di kasur yang rata dan tidak terlalu empuk, karena dikhawatirkan tubuhnya melesak ke dalam lalu bantal atau selimut akan mendidih, menutup hidungnya.
  • Lapangkan lingkungan tidurnya. Bersihkan tempat tidur (boks bayi) dari selimut, kain-kain, atau bantal yang tidk diperlukan, karena dikhawatirkan menutup hidung si kecil, jika kebetulan ia bergerak-gerak.
Posisi Tidur Bayi.
  • Biasakan bayi tidur terlentang, karena membuat bayi:
              -    Mudah tertidur.
              -    Mudah terbangun, jika ada sesuatu yang menutupi hidungnya.
              -    Mendapatkan oksigen lebih banyak daripada tidur tengkurap.
  • Jangan biarkan bayi tidur dalam posisi tengkurap tanpa pengawasan, karena jika wajahnya menghadap ke bawah, hidungnya akan tertutup. Apalagi, jika lehernya belum kuat, sehingga ia belum bisa menggerak-gerakkan kepalanya.
  • Jika dibedong seluruh tubuh, biarkan salah satu tangannya bebas. Agartangan tersebut bisa membantunya menyingkirkan sesuatu yang menutup hidungnya.
  • Jangan biarkan bayi tidur dalam posisi tengkurap tanpa pengawasan, karena jika wajahnya menghadap ke bawah, hidungnya akan tertutup. Apalagi, jika lehernya belum kuat, sehingga ia belum bisa menggerak-gerakkan kepalanya
  • Jika dibedong seluruh tubuh, biarkan salah satu tangannya bebas. Agar tangan tersebut bisa membantunya menyingkirkan sesuatu yang menutup hidungnya.
 sumber : artikel ayahbunda

Tidak ada komentar:

Posting Komentar